Rabu, 26 Mei 2010

2 . Memaknai Persahabatan

genset.jpg

Sejauh mana diri kita memaknai sebuah hubungan persahabatan? Dalam setiap perkenalan yang kita rajut menjadi sebuah pertemanan atau bahkan menjadi lebih dari sekedar sebuah hubungan persahabatan? Apakah diri kita masih menjadi bagian orang-orang yang hanya terpanggil untuk bertemu, menyapa, hanya jika ada keperluan duniawi semata?

Sadarilah, bahwa setiap hubungan yang kita rajut seyogyanya diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi setiap pelakunya. Dampak yang dirasakan akan semakin menumbuhkan rasa kasih sayang dan perhatian diantara pelakunya, saling memberikan pencerahan dalam upaya perbaikan diri dan lingkungan, terpanggil untuk saling menularkan semangat keimanan serta senantiasa bersama-sama merasa di awasi oleh Allah SWT dalam setiap gerak kehidupan.

Hubungan yang terjalin bukanlah semata-mata tumbuh dikarenakan sebuah kebutuhan sesaat, karena hendak mengambil manfaat duniawi, lantas setelah merasa tercukupi dan terpenuhi, diri beranjak pergi tanpa pesan dan kesan. Sungguh, telah begitu banyak kemudahan yang kita rasakan saat ini. Segala prasarana yang ada semakin mempermudah diri kita untuk saling kenal mengenal satu sama lain. Sungguh indah sekiranya, segala prasarana itu termanfaatkan dengan baik dan benar. Dan tentu, semua kemudahan itu semata-mata atas izin Allah SWT.

Sangat disayangkan jika, disaat begitu banyak peluang kemudahan untuk terjalinnya sebuah jalinan persahabatan, ternyata tidak mampu kita manfaatkan dengan baik dalam usaha kebaikan, malahan menjadi sarana bagi diri kita untuk membuang-buang waktu dan melukai satu sama lain.

Marilah kita jujur pada diri sendiri, apa yang kita harap dari sebuah jalinan persahabatan? Sekedar dapat tertawa bersama saja ataukah ingin menjadi bagian dari sebuah mesin yang satu sama lain saling menopang sehingga menghidupan hati dan jiwa untuk saling berbagi fikir dan nasihat tentang masalah iman dan ilmu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar